Batusangkar, 18 Juni 2016

Saya adalah seorang dosen luar biasa yang telah mengabdi lebih kurang 10 tahun di berbagai perguruan tinggi yang ada di Provinsi Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar, Kota Payakumbuh dan Kota Bukittinggi. Sebelum saya menjadi seorang dosen, saya terlebih dahulu akan membicarakan atau menjabarkan mengenai kehidupan saya mulai dari semenjak kecil sampai sekarang ini. Saya adalah seorang anak nagari yang dilahirkan dilingkungan keluarga yang kurang mampu dari segi ekonomi. Nagari kelahiran saya bertepatan dinagari Koto Tuo Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini berbatasan dengan nagari Pasie Laweh dan Jorong Koto Hiling kenagarian Sungai Tarab. Nagari saya terkenal dengan nama nagari penghasil kopi karena disana banyak yang berjualan dan berdagang kopi. Saya dalam keluarga merupakan anak yang paling bungsu dari tiga orang bersaudara. Almarhum ayah saya bernama Syamsuli dan Ibu bernama Marnis. Keduanya bekerja sebagai petani. Sedangkan saudara perempuan saya bernama Elisuarni dan saudara laki-laki bernama Afrizal. Mereka bekerja sebagai wiraswasta. Pada umumnya warga nagari saya ini bekerja sebagai pedagang (wiraswasta), petani dan sedikit yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pada masa kecil, saya memiliki sesuatu hal yang menyenangkan karena saya anak yang paling bungsu sehingga saya banyak disayangi oleh orang tua saya. Saya merupakan anak yang selalu patuh dan penurut kepada orang tua. Saya diwaktu kecil banyak disayangi orang tua dan keluarga dekat kampung halaman saya. Saya mulai bersekolah dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Ketika di TK, saya masih berusia sekitar 6 tahun. Nama TK yang saya ikuti bernama TK Babussalam kenagarian Koto tuo. Jumlah murid waktu itu tidak terlalu banyak. Jumlah muridnya berkisar antara 15-20 orang. Diwaktu TK ini, saya sangat senang sekali karena saya bisa belajar sambil bermain dikala itu. Ketika dalam belajar,saya termasuk anak yang rajin dan pemalu. Diwaktu jam istirahat, saya biasanya bermain ayunan. Kalau saya tidak dapat bermain ayunan, maka diwaktu itu saya melapor saudara laki-laki ibu saya. Dan akhirnya, saya diperbolehkan bermain sepuasnya.
Selanjutnya, diwaktu saya masih sekolah dasar yang bernama SDN 33 Sungai Tarab, saya merupakan salah satu siswa teladan di kampung saya. Karena pada saat itu saya selalu memegang peringkat 1 dan 2 dikelas. Kemudian, saya selalu diutus berbagai lomba seperti lomba cerdas cermat. Oleh sebab itu, saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Kemudian, saya melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah. Pada waktu saya kelas I di MTsN Pasie Laweh. Saya hanya mendapatkan peringkat 10 besar karena di tingkat ini sudah bercampur dengan berbagai latar belakang pendidikan, daerah dan begitupun prestasi. Namun, melihat hal demikian saya termotivasi untuk belajar lebih giat. Alhamdulillah, mulai dari kelas II, saya langsung memperoleh nilai yang sangat memuaskan. Karena saya dapat meraih peringkat 3 besar. Pada semester kedua ditingkat kelas II saya langsung menjadi peringkat I sekaligus juara umum sampai tamat dari MTsN tersebut. Disisi lainnya, saya juga selalu mengikuti lomba-lomba yang diadakan tingkat sekolah, Kecamatan dan sampai ke tingkat Kabupaten. Meskipun belum sempat melaju ke tingkat Provinsi dan Nasional. Dengan kemajuan prestasi yang saya lakukan, saya akhirnya juga mendapat beasiswa dari pemerintah. Selanjutnya, saya melanjutkan pendidikan saya ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Batusangkar. Saya bersekolah untuk tingkat ini menjadi siswa undangan. Alhamdulillah, selama bersekolah di MAN 2 Batusangkar, saya meraih prestasi yang luar biasa dengan memperoleh juara 1 dan bergantian dengan teman Juara Umum saat kelas 2 dan 3. Pada kelas 1 dan catur wulan pertama ditingkat aliyah ini, saya mengontrak dengan beberapa orang yang berasal dari berbagai nagari, misalnya nagari Koto Tuo, nagari Pasie Laweh, dan nagari Padang Laweh. Ketiga nagari ini merupakan nagari yang ada di Kecamatan Sungai Tarab. Biasanya, orang tua saya mengirimkan uang belanja satu kali dalam sebulan. Ketika saya pulang kampung, saya aktif juga dalam kegiatan pemuda dan kegiatan remaja mesjid. Dalam berbagai kegiatan yang saya ikuti dikampung, orang disana sangat senang karena saya termasuk anak yang peduli dengan kemajuan nagarinya. Kemudian, saya juga sangat aktif dalam kegiatan di mesjid dan remaja mesjid. Oleh sebab itu, orang dikampung saya dipanggil dengan sebutan nama “KOTIK atau KHATIB”. Sekian banyak pemuda yang ada dikampung saya, saya termasuk orang yang gemar dan datang ke mesjid. Hampir setiap waktu shalat, saya melakukan adzan dan imam dalam shalat. Hal ini dapat saya lakukan ketika saya berada dikampung halaman.
Selanjutnya, pada catur wulan ke dua pada tingkat kelas I madrasah aliyah. Saya tinggal dirumah orang tua angkat. Hal ini bisa saya dapatkan karena saya didalam kelas termasuk anak patuh dan penurut dan juga berprestasi didalam kelas serta berasal dari keluarga kurang mampu. Kalau dilihat sejarah bagaimana saya bisa tinggal dirumah orang tua angkat tersebut adalah pada waktu saya catur wulan kedua, guru wali kelas (almarhumah Ibu Dra. Adrias Rahman) berbincang-bincang dengan salah seorang pengurus BP3 (sekarang disebut dengan komite sekolah yang saat itu diketuai oleh almarhum bapak H. Sawir Abdullah: Ketua Veteran Tanah Datar) tentang prestasi dan keteladanan saya dalam kelas, sehingga wali kelas waktu itu merekomendasikan saya untuk bisa tinggal dirumah saudara bapak tersebut.
Sebelum saya tinggal di rumah saudara almarhum bapak H. Sawir Abdullah ini, beliau banyak berbincang-bincang dan berbagi pengalaman hidupnya. Beliau merupakan salah seorang anggota veteran Tanah Datar dan beliau juga merupakan pendiri lembaga computer program di Tanah Datar serta beliau menjadi motivator saya dalam hal membaca dan mendirikan perpustakaan karena beliau suka membaca dan mengoleksi berbagai buku dan media massa lainnya. Hal ini dibuktikan pada diri saya yaitu setelah saya mengikuti pelatihan perpustakaan. Saya teringat dengan pesan beliau kalau bisa membuka perpustakaan. Akhirnya, saya dapat mendirikan perpustakaan nagari dikampung halaman ketika saya sedang kuliah di STAIN Batusangkar. Pada mulanya, saya berinisiatif mengumpulkan segala buku yang pernah saya miliki waktu sekolah di SD, MTsN, dan MAN ditempatkan diperpustakaan. Kemudian, saya juga rajin membeli majalah saat itu seperti SABILI, HIDAYAH dan banyak lagi serta saya membuat proposal untuk bantuan buku. Alhamdulillah, saya mendapatkan beberapa buku dari saudara yang bekerja di Pemda Tanah Datar. Kemudian, saya juga mengumpulkan berbagai jenis Koran dan majalah dari rumah orang tua angkat saya ada di Lima Kaum waktu itu.Namun saat ini, karena saya sudah tidak berdomisili dikampung saya. Maka saya membentuk pengurus untuk mengelola perpustakaan tersebut dengan memberikan pelatihan kepada adik-adik dikampung mengenai hal tersebut. Namun, untuk beberapa tahun belakangan ini boleh dikatakan sudah tidak aktif lagi disebabkan oleh adik-adik yang mengurus pada umumnya sudah kuliah dan merantau. Alhamdulillah, sekarang mereka telah sukses dirantau orang. Ada yang bekerja di PT dan juga menjadi grosir di Tanah Abang Jakarta serta menjadi wiraswasta lainnya. (Bersambung….)